Nama saya Yuni. Saya seorang istri yang sudah menikah sekitar setengah tahun.
Banyak yang menyebut saya wanita judes. Bahkan suami saya juga sempat mengatakan hal tersebut.
Saya menyadari hal tersebut, mungkin sifat saya terbawa karena dulu saya
memiliki pergaulan bebas, jadi saya banyak pria yang bersikap kurang
ajar pada saya, dan menjadikan sifat saya menjadi sedikit judes.
Suami saya sendiri merupakan pria bertipe pendiam. Saya mengenal suami
saya di sebuah acara. Saya sebenarnya merasa cukup beruntung memperoleh
suami yang tidak macam-macam dan mau menerima saya apa adanya.
Awalnya kami tinggal di ujung pandang, namun suami saya dipindah
tugaskan ke Surabaya, oleh karena itu kami mencari kost di Surabaya.
Di Surabaya kami menemukan tempat kost yang cukup lumayan, namun hampir semua penghuni kost tersebut adalah pria.
Karena suami saya yang pendiam ditambah dengan sikap saya yang sedikit
judes, maka kami tidak terlalu dekat dengan penghuni kost lainnya.
Awalnya para penghuni kost yang rata-rata masih anak muda tersebut masih
bersikap biasa pada kami. Namun ternyata tugas suami saya mengharuskan
dia untuk pulang pergi Surabaya-Malang, hingga tidak jarang saya tinggal
di kost tersebut tanpa suami saya.
Sejak saat itu, anak-anak muda yang ada di kost tersebut mulai sedikit
berani menggoda saya. Tentu saja saya merespon godaan mereka dengan
ketus. Namun, lama-kelaman sikap mereka ke saya saat suami saya tidak
ada semakin kurang ajar.
Pernah dalam beberapa hari mereka selalu menyembunyikan BH serta celana
dalam saya yang baru saya cuci. Hal tersebut sempat membuat saya
terpaksa mengenakan pakaian dalam yang kotor.
Beberapa hari kemudian BH dan celana dalam saya yang hilang tersebut
muncul di depan kamar saya, namun semua pakaian dalam saya tersebut
sudah dipenuhi coretan-coretan dengan bahasa yang tidak sopan.
Suatu siang, saat saya sedang mandi, saya mendengar suara-suara pria
yang tertawa. Pada awalnya saya tidak terlalu memperhatikan hal
tersebut, namun mendadak saya melihat ada kilatan cahaya dari atas.
Betapa terkejutnya saya, ketika saya melihat ke atas, saya melihat ada
beberapa pria yang sedang asyik mengintip saya sambil mengambil foto
saya.
Saya sudah tidak sempat melihat siapa mereka, saya hanya dapat berteriak sambil berusaha menutupi tubuh saya sekenanya.
Mendengar teriakan saya, saya mendengar mereka melarikan diri.
Saya sangat marah hingga bergetar, saya sudah tidak menyelesaikan mandi
saya, namun langsung mengeringkan badan saya dan mengenakan baju.
Ketika saya keluar, saya melihat mereka sedang duduk tidak jauh dari kamar mandi sambil menatap saya dengan tawa yang menghina.
Saya menatap mereka penuh kebencian, namun tidak berkata apa-apa.
Ketika saya berjalan melewati mereka untuk kembali ke kamar, mereka
bukannya tampak malu karena ketahuan mengintip, namun justru menatap
saya dengan tatapan kurang ajar. Bahkan salah satu dari mereka dengan
lancangnya berkata,
"Wah cepet banget mandinya mbak? Jangan-jangan ga bersih tuh" kata salah satu dari mereka yang disambut dengan tawa yang lain.
Saya menatap mereka dengan penuh amarah, kemudian mempercepat langkah saya kembali ke kamar.
Namun diantara pria-pria yang kurang ajar tersebut, ada satu anak muda yang menarik perhatian saya.
Pria bernama Andre tersebut berusia 3 tahun di bawah saya, dan memiliki perawakan yang gagah dan mirip dengan mantan saya dulu.
Sebenarnya saya sadar bahwa si Andre ini juga sama dengan yang lain yang
ingin mencicipi tubuh saya, namun berbeda dengan pria lain di kost
tersebut yang sering bersikap kurang ajar pada saya, si Andre ini
melakukan pendekatan yang lebih halus.
Andre sering menemani saya mengobrol untuk menghabiskan waktu, dan jujur
saya merasakan sedikit kenyamanan saat saya bersama Andre ketika suami
saya sedang tidak ada. Kehadiran Andre cukup menghilangkan kesepian
saya.
Saya tahu bahwa seharusnya saya tidak menanggapi rayuan Andre, namun
saya berpikir bahwa saya hanya ingin mengusir kesepian dan saya
meyakinkan diri bahwa saya tidak akan kelewatan.
Namun ternyata pertahanan saya tidak dapat bertahan lama.
Pada suatu malam, saya dan Andre sedang berbincang di depan kamar saya
sambil menegak minuman keras. Ketika saya mulai mabuk, hal terakhir yang
saya ingat adalah Andre membopong tubuh saya masuk ke kamar. Setelah
itu saya sudah tidak sadarkan diri.
Keesokan harinya, saya sangat terkejut karena ketika saya bangun saya
sudah telanjang bulat, sedangkan Andre masih tertidur di samping saya
juga dalam posisi tidak mengenakan pakaian apa pun.
Saya langsung membangunkan Andre dengan marah dan menamparnya. Namun
Andre berusaha menenangkan saya dengan segala rayuannya. Dia mengatakan
bahwa saya tidak perlu merasa bersalah, karena saya juga wanita yang
memilki kebutuhan sex, dan dia juga mengatakan bersetubuh dengan saya
atas dasar cinta dan rela walaupun hanya menjadi pria kedua bagi saya.
Segala rayuannya membuat saya luluh. Dan akhirnya tidak marah lagi padanya.
Tentu saja kejadian Andre tidur di kamar saya diketahui oleh para pria
lainnya disana. Hal tersebut membuat pandangan mereka kepada saya
semakin meremehkan saya. Bahkan sering mereka menggoda saya bahwa mereka
juga ingin meminta jatah dari saya.
Karena tidak dapat membantah, maka saya hanya dapat berdiam diri menahan malu dan marah.
Sikap Andre sendiri semakin membuat saya simpati padanya. Walaupun dia
tidak membela saya ketika pria-pria lain menggoda saya (saya memahami
hal tersebut, karena saya rasa Andre juga menganggap hal tersebut adalah
aib baginya), namun Andre tidak memperparah keadaan dengan tidak ikut
menggoda saya, bahkan setelah kejadian itu, sikap Andre semakin
perhatian kepada saya. Tidak hanya itu, ketika suami saya ada, Andre
dapat menjaga sikap dengan menahan diri tidak terlalu dekat dengan saya
hingga suami saya tidak curiga.
Semua sikap Andre tersebut membuat saya semakin luluh, hingga setiap
kali suami saya pergi saya selalu berhubungan badan dengan Andre, bahkan
dapat dikatakan saya lebih sering bersetubuh dengan Andre dibanding
dengan suami saya, ditambah dengan teknik Andre sebagai anak muda
memberikan variasi bagi saya.
Saya sudah layaknya sebagai istri bagi Andre.
Suatu kali, Andre mengajak saya bersetubuh, tentu saja saya tidak menolak ajakan tersebut.
Saya sangat menikmati permainan Andre.
Namun ketika sedang terbuai dengan permainan Andre sambil menutup mata, saya merasakan ada yang ganjil.
Betapa terkejutnya saya ketika saya membuka mata, sudah ada beberapa
laki-laki lain di kamar saya yang merupakan penghuni kost tersebut.
Bahkan beberapa orang pria tersebut sudah mulai menggerayangi tubuh
saya. Yang membuat saya semakin terkejut, ternyata yang sedang
menyetubuhi saya saat itu bukan Andre, melainkan anak kost lain bernama
Danu.
Saya spontan langsung berontak, namun mereka memegang kedua tangan dan
kaki saya. Otomatis saya melihat Andre, ternyata dia sedang berdiri
sambil menertawakan saya, rupanya semua ini sudah mereka rencanakan.
Saya berusaha sekuat tenaga untuk melawan, namun jelas kekuatan saya
tidak sebanding dengan para pria tersebut. Mereka dengan leluasa
menggilir tubuh saya. Tangisan saya tidak mereka pedulikan sama sekali.
Semua perkosaan tersebut mereka abadikan melalui rekaman video dan foto.
Si Andre mendekati saya sambil berkata,
"Kamu kira aku serius sama kamu? Kita memang sengaja merencanakan ini... Ngapain aku mau serius demi barang bekas seperti kamu"
Mendengar itu saya semakin sakit, air mata tidak dapat berhenti mengalir
dari mata saya. Saya merasa ditipu, dilecehkan, direndahkan... Semua
menjadi satu... Saya merasa ini hukuman akibat saya selingkuh dari suami
saya.
Setelah mereka puas menikmati tubuh saya, mereka mengatakan bahwa
apabila saya tidak ingin foto-foto saya tersebar, dan tidak ingin suami
saya mengetahui kejadian ini, saya harus menuruti semua kemauan mereka,
kapan pun, apa pun itu.
Saya hanya berusaha menahan air mata sambil menatap mereka penuh kebencian, terutama Andre.
Sejak saat itu, hidup saya di kost tersebut benar-benar seperti di
neraka. Saya harus bersedia melayani semua pria yang sedang ingin
berhubungan badan dengan saya kapan pun itu. Bahkan selama suami saya
tidak ada, saya tidak diijinkan mengenakan pakaian apa pun selama di
luar kamar, jadi saya harus melakukan aktivitas saya sehari-hari dengan
telanjang. Saya benar-benar tidak punya harga diri lagi di hadapan
mereka.
Yang lebih parah, mereka betul-betul menjadikan saya pelacur, dengan cara menjual saya ke teman-teman mereka.
Setiap suami saya ada, saya berusaha bersikap seperti biasa. Namun tidak
jarang mereka menyuruh saya melayani mereka bahkan saat suami saya ada
secara sembunyi-sembunyi.
Namun akhirnya suami saya mengetahui hal tersebut. Suami saya langsung
menceraikan saya, kini saya sudah tidak punya apa-apa dan hanya hidup
sebagai wanita murahan dan pelacur.
Saya menyadari kesalahan saya, dan hanya dapat pasrah menanggung resikonya.
Namun setelah beberapa bulan, suami saya kembali mencari saya, dan
memutuskan untuk memaafkan saya. Sejak itu saya tidak akan menyiakan
kesempatan ini dan akan menjadi istri yang berbakti.
mengapa harus jadi pezina dulu sebelum menjadi istri solehah?Anda sbg perempuan harus paham.laki2 menanam simpati,sayang tapi pura2 hanya utk bisa berzina denganmu,sementara krn rasa lebih diperhatikan,disayang maka tubuhmu atas nama sayang,cinta bersedia berzina,itu takdir perempuan,jadi kalau sudah kapok,sejelek apapun suami,semiskin apapun dia,dia tetap suami,surgamu bisa dicapai dng 3 jalan sederhana,shalat yg baik,menjaga auratmu,dan patuh pada suami.
ReplyDelete