Terima kasih atas adanya situs ini, saya menjadi punya tempat untuk berbagi kisah yang sebelumnya hanya dapat saya pendam sendiri.
Saya seorang suami di balikpapan. Saya memiliki seorang istri yang menurut saya cukup cantik. Saya ingin berbagi kisah, yang menurut saya aib, oleh karena itu hanya dapat saya curhat di situs ini.
Saya memiliki istri, sebut saja Dian, yang merupakan wanita yang saya kenal di tempat saya berkuliah. Kami sudah menikah sekitar satu tahunan. Dian merupakan istri yang sangat baik bagiku. Selain cantik, dia juga supel dan sangat perhatian padaku.
.posthidden {display:none}
.postshown {display:inline}
Satu-satunya sifat Dian yang membuat aku kurang nyaman adalah sifatnya yang genit. Saya sudah tahu Dian memang sedikit genit sejak pertama aku mengenalnya.
Selain sering mengenakan baju seksi di depan siapa saja, Dian sering melontarkan candaan-candaan serta obrolan berbau porno ke teman-teman prianya, walaupun ada saya di sampingnya.
Selama ini memang tidak pernah terlalu berlebihan, namun mungkin karena sifat dasar saya yang sedikit kaku, saya menganggap istri saya hanya milik saya, dan saya sebenarnya kurang nyaman melihat istri saya dijadikan fantasi oleh pria lain (saya tahu teman-teman pria Dian pasti berfantasi tentang istri saya bila mendengar obrolan Dian).
Hal tersebut pernah saya bicarakan dengan istri saya, namun dia hanya tersenym dan berkata dia tahu batas, dan Dian justru mengatakan bahwa hal tersebut dia lakukan demi saya, dimana teman-teman saya menggamuni dirinya, hal tersebut seharusnya membuat saya bangga. Istri saya juga mengakui bahwa dirinya sangat senang apabila dikagumi oleh pria lain, namun berjanji tidak akan pernah membiarkan pria lain bersikap kurang ajar pada dirinya. Karena istri saya sudah mengaku seperti itu, saya berpikir untuk menuruti kemauannya.
Hal tersebut mungkin ada benarnya, namun saya tidak nyaman mengakuinya. Oleh karena itu saya hanya tersenyum dan mengatakan selama tidak berlebihan maka tidak apa-apa. Ditambah hal tersebut ditutupi oleh perhatian serta kasih sayang istriku yang sangat dia perlihatkan padaku hingga saat ini. Saya juga yakin bahwa istri saya tidak pernah macam-macam, karena setiap saya tinggal kerja, istri saya tinggal di rumah bersama adik laki-laki saya, dan nyaris tidak pernah keluar sendiri.
Saya dan Dian masih sering berkumpul dengan teman-teman kuliah saya. Kami masih sering berbincang sambil minum-minum sedikit untuk bernostalgia. Setiap kali teman-teman saya datang, Dian selalu ikut menemani kami minum, dan selalu mengenakan pakaian yang seksi. Saya tau teman-teman saya sering mencuri pandang melihat istriku.
Ditambah dengan obrolan-obrolan Dian yang genit, teman-teman saya semakin berani memancing obrlan yang menjurus sex ke istriku. Karena tidak ingin dianggap kaku, saya hanya mengikuti suasana dan ikut bercanda, lagipula, walaupun saya tahu mereka berpikiran kotor ke istriku, hingga saat ini mereka tidak melakukan hal yang terlalu kurang ajar.
Suatu siang teman-teman saya datang untuk berkumpul, namun mereka mengajak ada 3 orang pria yang tidak saya kenal. Ketiga pria tersebut berperawakan besar dan berkulit hitam dan tampak sedikit preman. Teman-teman saya mengatakan bahwa ketiga pria itu merupakan teman mereka dan ingin ikut minum bersama. Walaupun saya kurang nyaman karena ketiga pria itu tampak kurang sopan, namun saya tidak berani menolak mereka.
Kami kemudian duduk minum bersama selama beberapa waktu, kebetulan saat itu istri saya sedang keluar.
Mendadak salah seorang pria tadi bertanya kepada saya "istrimu mana?"
Saya ingin menanyakan kenapa pria yang tidak dikenal tersebut menanyakan istri saya, namun saya tidak berani, maka saya hanya menjawab bahwa istri saya sedang keluar sebentar.
Namun dia malah berkata "dengar-dengar istrimu seksi ya?" sambil tertawa.
Saya merasa jengkel, namun karena merasa kalah posisi saya hanya ikut tertawa sambil ikut bercanda.
Tidak lama kemudian istri saya pulang. Melihat ada teman-teman saya, istri saya langsung menyapa. Teman-teman saya pun memperkenalkan istri saya ke ketiga pria tadi. Istri saya tampak kembali bersikap genit, ketika diperkenalkan, istri saya tidak hanya bersalaman, namun mencium pipi mereka bertiga, seakan-akan mereka teman lama.
Istri saya kemudian berkata, "aku ganti baju dulu ya? biar ga gerah, nanti aku ikutan minum boleh ya" Kata istriku dengan nada genit.
Saya melihat ketiga pria tadi menatap istri saya dengan tatapan kurang ajar, perasaan saya menjadi tidak enak. Saya kemudian beralasan mau ke kamar mandi, walaupun sebenarnya saya menyusul istri saya yang sedang ganti baju.
Saya berkata kepada istri saya bahwa kali ini sebaiknya dia tidak ikut berkumpul, saya terus terang mengatakan padanya bahwa saya kurang nyaman dengan sikap ketiga pria yang baru kami kenal itu, dan saya juga mengungkapkan sedikit kekuatiran saya.
Namun istri saya hanya tersenyum dan berkata, "ah mereka ga akan berani macam-macam ... Lagian kan ada suamiku tercinta disampingku yang menjaga aku" Kata Dian sambil mencium bibir saya.
Dipuji istri seperti itu, tentu saja membuat saya tidak dapat menolak. Akhirnya saya mengiyakan dan kembali ke ruang tamu terlebih dahulu dan berbincang bersama mereka.
Tidak sampai lima menit istri saya menyusul ke ruang tamu. Ketika istri saya datang, semua pria yang ada disana tampak terpaku. Hal tersebut dapat dipahami, karena istri saya rupanya berganti pakaian, dan saat itu mengenakan tank top berwarna putih dimana tali bra istriku yang berwarna hitam terlihat jelas Dipadu dengan rok mini berwarna hitam yang. kulit putih istriku tampak sangat mulus saat itu, bahkan aku sendiri kagum melihat penampilan istriku saat itu.
Mendadak salah satu pria ambon tersebut bersiul sambil berkata "nah kalo minum begini baru segar" sambil tertawa keras.
Istriku yang senang mendengar pujian tersebut hanya tersenyum genit dan duduk di sampingku. Menyadari mereka masih terpaku menatap tubuhnya, istriku justru berkata,
"hayoo... pada ngeliatin apaan sih? yang mulus-mulus ini dah ada yang punya loooh, ya kan sayang" Kata istriku sambil tertawa kecil sambil mencium pipiku.
Kami kemudian melanjutkan minum, namun saya melihat semua pria yang ada disana tidak dapat mengalihkan pandangannya dari tubuh istriku, ditambah istriku terus melakukan kebiasaannya bersikap genit sambil melontarkan candaan berbau sex.
Karena siang itu cukup panas, ditambah dengan efek minuman, tampak sekujur tubuh istriku mulai berkeringat. Tampak beberapa kali istriku menyeka keringat di dahinya.
Mendadak salah satu teman saya pindah duduk di sofa samping istri saya. Istri saya hanya tersenyum genit sambil bertanya "iih mau ngapain deket-deket".
Teman saya menjawab, "enggak apa-apa, cuma penasaran, mbak Dian ternyata sudah keringetan masih wangi".
Dipuji seperti itu istri saya tampak tersipu dan tertawa sambil mencubit lengan teman saya.
Mendadak salah satu pria ambon tersebut berkata pada teman saya,
"Masa masih wangi? Coba gantian aku yang duduk sana ... Aku jadi penasaran".
Tempat duduk teman saya tersebut kemudian digantikan oleh salah seorang pria ambon tersebut. Namun mendadak pria tersebut mendekati istri saya sambil menghirup aroma rambut panjang istri saya.
Istri saya tampak sedikit terkejut, dan berusaha lebih mendekatkan tubuhnya ke arah saya.
"wah memang masih wangi ternyata ... jadi penasaran sama rambut lainnya" kata pria tersebut.
Istri saya mulai tampak salah tingkah namun masih berusaha tersenyum.
Saya merasa ini mulai kelewatan, namun belum sempat saya berbuat apa-apa, pria ambon lainnya berkata kepada saya,
"Coba saya gantian duduknya sama kamu, saya juga jadi penasaran ... Kamu kan sudah puas cium-cium istrimu"
Mendengar itu saya merasa tersinggung, istri saya juga tampaknya mulai sedikit kuatir, karena saya merasa genggaman istri saya di tangan saya sedikit menguat. Namun saya merasakan ada nada ancaman di kata-kata pria tadi, dan karena tidak ingin ribut dan berakibat panjang, saya mengalah dan berdiri sambil memaksakan diri bercanda.
ketika saya beranjak, saya melihat istri saya sedikit kecewa, namun Dian masih berusaha tidak terlalu memperlihatkan kekakuannya, dan masih tersenyum pada mereka.
Akhirnya istri saya duduk diapit kedua pria ambon tersebut. Awalnya kami masih minum sambil ngobrol seperti biasa. Mendadak salah seorang pria tersebut mulai membelai-belai rambut istri saya, sementara pria satunya seperti "tidak sengaja" menaruh tangannya di paha istri saya.
Istri saya mulai tampak tidak nyaman, Dian memindahkan tangan mereka sambil masih berusaha bercanda.
"hayo .. mulai ya" kata istriku.
Mereka tidak menjawab, melainkan hanya tersenyum menatap istri saya. Dian memandang saya seakan meminta pertolangan, namun saya juga tidak tahu harus berbuat apa.
Mendadak salah seorang pria ambon tersebut berkata pada saya,
"eh, coba lah kau ambil tambah dulu minumannya ini, masih belum kerasa ini".
Mendengar itu istri saya langsung menyahuti,
"biar aku aja yang ambilkan minumannya ya" kata istriku sambil beranjak berdiri.
Namun mereka menahan bahu istriku sambil berkata,
"Sudah kau disini saja lah temani kita, sekali-sekali biar suamimu yang ambil.
Istriku tidak menjawab, namun raut wajah istriku sudah tidak dapat menutupi kekuatirannya.
Saya berpikir sebaiknya ini segera diakhiri, maka saya langsung beranjak untuk mengambil minuman dengan berharap semakin cepat mereka selesai minum semakin cepat mereka pulang.
Mendadak saya mendengar jeritan istriku. Saya langsung berlari kembali ke ruang tamu.
Ketika saya tiba di ruang tamu, betapa terkejutnya saya.
Tampak kedua tangan istri saya terikat diatas oleh tank top yang sendiri yang sudah terlepas hingga lengan. BH hitam istriku terlihat dengan jelas. Kedua pria ambon tersebut membuat kedua kaki istriku terbuka, sedangkan pria satunya dengan bebas melumat bibir istriku sambil meremas kedua payudaranya.
Sementara teman-teman saya yang lain malah asyik melihat hal tersebut.
Saya langsung berteriak.
Mendadak salah satu pria ambon tersebut mendatangi saya sambil mengeluarkan sebilah pisau yang mebuat saya langsung lemas.Pria tersebut membentak saya sambil berkata,
"Sudah, kau diam saja duduk disini ... Istrimu sendiri yang dari tadi genit pengen ditiduri ... Daripada kalian berdua celaka, lebih baik kau perhatikan saja bagaimana kami memuaskan istrimu"
Perasaan saya bercampur baur, saya melihat istriku sudah berlinang air mata namun tidak dapat bersuara jelas karena bibirnya ditutup oleh pria tersebut. Namun ancaman pria tersebut membuat saya tidak berdaya, akhirnya mereka mendudukan saya tepat di depan istri saya sambil mengikat kedua tangan saya.
Mereka tampaknya ingin mempermalukan saya, karena mereka bertanya,
"jadi bagaimana, kau pilih kalian berdua celaka, atau pilih istrimu dinikmati oleh kami?"
Walaupun tidak berdaya, saya tidak menjawab.
Mereka kemudian kembali membentak saya,
"kalau kau tidak jawab, berarti kau mau celaka ya!!!"
Saya akhirnya memaksakan diri menjawab.
"pakai saja istri saya"
Mendengar itu mereka tertawa dan berkata,
"nah suaminya sudah kasih ijin, kamu harus siap ngelayani kami ya" kata pria tersebut sambil meremas payudara istri saya.
Istri saya menatap saya sambil berlinang air mata, entah menyesal atau kecewa karena saya tidak sanggup memebelanya. Saya juga tidak tega melihat istri saya seperti itu, namun saya juga ada perasaan jengkel karena saya menganggap istri saya diperkosa dan saya dipermalukan seperti ini karena sifat genit istriku sendiri.
Ketika bibir istri saya sudah terlepas, istri saya mulai meronta.
"ampun jangan apa-apakan saya ... ampun" Suara istri saya terdengar bergetar.
Mereka tentu saja tidak peduli, mereka bahkan mengacam istri saya.
Istri saya tampak sangat terpukul dan harus pasrah.
Tidak butuh waktu lama, tubuh istriku hanya tinggal ditutupi oleh celana dalammnya yang berwarna putih. Mereka menyuruh istriku berpose di depan mereka. Teman-teman saya yang ternyata ikut merencanakan hal ini ikut mendekati tubuh istriku.
Mereka kemudian membuka celana dalam istriku. Kini bagian tubuh paling pribadi istriku sudah terlihat jelas oleh mereka. Mereka kemudian mulai memperkosa istriku di depan mata saya.
Walaupun merasa marah dan terhina, namun saya tidak dapat menyembunyikan perasaan terangsang saya melihat tubuh istriku dinikmati banyak pria.
Mereka tampaknya menyadari hal tersebut, mereka malah menertawakan saya.
Mereka kemudian ingin mempermalukan istriku, dimana mereka beristirahat dan menyuruh istriku mendekati aku untuk melayani aku.
"coba kita lihat gimana si Dian ini melayani suaminya setelah dipake rame-rame... hahaha"
"suaminya ternyata suka tuh istrinya dipake rame-rame, tuh telornya sudah berdiri"
"Ayo Dian, kami kasih waktu kamu ngelayanin suamimu dulu 10 menit"
Saya sangat marah, namun tidak dapat menyembunyikan perasan nafsu saya.
Ketika tubuh telanjang istri saya mendekati saya, perasaan saya sangat bercampur aduk, ditambah karena tubuh saya terikat di kursi, maka saya tidak dapat bergerak.
Dian kemudian duduk diatas pangkuan saya dan memeluk saya. Istri saya kemudian menangis sambil berbisik dengan suara bergetar di telinga saya.
"Maafkan aku sayang ... Maaf ... Semua salahku..."
"Jujur aku sangat sakit, namun aku tahu kau lebih sakit... Aku tidak dapat menikmati ini sama sekali, percayalah, tidak ada yang dapat menyamai kamu ... Tapi jika dalam kondisi seperti ini kau dapat nafsu melihat istrimu seperti ini, maka aku akan berusaha menebusnya dengan melayanimu sayang"
Bisikan Dian terdengar bergetar menahan pedih dan terdengar tulus. Saya berlinang air mata melihat ketulusa istri saya, dan langsung memaafkan istri saya.
Mendadak mereka membentak kami,
"Hei, sudah ga usah main sandiwara, waktu kalian ga banyak!!"
Istri saya kemudian mulai membuka seluruh baju saya dan menciumi tubuh saya.
Ketika saya sudah telanjang, mereka kemudian menertawakan kemaluan saya.
"wah liat suaminya, telornya kecil, ga heran istrinya gatel seperti itu... hahaha"
Saya sangat malu, karena memang kemaluan saya tidak sebesar mereka. Mendadak istri saya berdiri dan berkata kepada mereka sambil bergetar,
"tolong cukup, jangan hina lagi suami saya ... aku sudah mau melayani kalian, ini semua kesalahanku, tolong jangan lagi meremehkan suami saya" kata istri saya.
Medengar itu saya semakin terharu, karena di tengah penderitaannya, istri saya masih memikirkan saya, walaupun saya juga malu karena justru istri saya yang lebih berani membela saya.
Mendengar itu, tampaknya pemikiran mereka sama dengan saya, mereka justru menghina saya,
"wah suami kok berlindung di belakang istri.. hahahaha..."
"ya sudah karena kamu mau ngelayani kami, sini dulu kamu, jangan kamu melayani suami kamu dulu."
Istri saya tampak enggan melepas pelukannya dari tubuh saya, namun mereka langsung menarik tubuh istri saya.
mendadak mereka membuat kursi saya terlentang, hingga kepala saya menghadap keatas, kemudian mereka menyetubuhi istri saya tepat diatas kepala saya.
"coba kamu perhatikan gimana vagina istri kamu itu nantinya jadi longgar kena telor kami... hahaha"
setelah tampak puas, mereka kemudian menggendong istri saya hingga vagina istri saya tepat diatas kepala saya.
"sekarang coba kamu cium vagina istri kamu yang sudah penuh sperma kami ini... hahaha"
Saya merasa sangat jijik, istri saya tampaknya juga tidak mau saya diperlakukan seperti itu.
"tolong jangan, jangan begitukan suami saya."
Namun mereka menjawab,
"kalau suami kamu sudah tidak mau cium vagina mu, berarti dia sudah jijik dengan istrinya sendiri, yang sudah bekas pakai... hahaha..."
Istri saya yang mendengar itu tampak sakit hati. Karena kasihan melihat istri saya, maka saya akhirnya berkata,
"saya tidak jijik... itu istri saya"
Mendengar perkataan saya, tampak istri saya semakin menangis, namun mereka justru tertawa.
"hahaha, ternyata suaminya suka sperma pria... sudah kasih saja"
Mereka kemudian mendudukan istri saya diatas kepala saya. Vagina istri saya tepat berada di hidung dan mulut saya. Selama ini yang membuat saya bangga adalah bagaimana istri saya yang sangat pandai merawat vaginanya, baik melalui obat-obatan maupun olah raga, hal tersebut menurutnya sekaligus pengabdiannya pada saya.
Namun kini, saya benar-benar merasa ingin muntah saat mencium vagina istri saya. Bau vagina istri saya sangat menyengat, ditambah lelehan sperma dari pria tersebut. Namun karena tidak ingin menyakiti istri saya, maka saya memaksakan diri untuk mencium vaginanya.
Setelah itu mereka masih terus menggilir istri saya hingga malam. Namun sebelum mereka pergi, mereka sempat mengambil foto-foto telanjang istri saya, dimana mereka mengatakan akan menggunakan foto-foto tersebut untuk memaksa menyetubuhi istri saya lain waktu.
Mereka kemudian meninggalkan kami sambil tertawa puas.
Ketika mereka pergi, tampak istriku berjalan tertatih-tatih ke arahku, dan membuka ikatan saya.
Setelah saya terlepas, saya tidak tahu harus berkata apa. Istri saya menatap saya, dan mendadak bersujud di hadapan saya. Dan kemudian berkata sambil menangis.
"Semua ini salahku .... maafkan aku...
Aku sudah tidak pantas jadi istrimu ...
Aku rela kau ceraikan...
Bahkan aku rela kau siksa terlebih dahulu sebelum kau ceraikan aku...
Maafkan aku... Tapi cuma kamu yang kusayang...
Aku rela mati saat ini untuk menebus kesalahanku"
Melihat itu, saya menjadi tidak tega, dan memeluknya.
Saya berkata, bahwa dia masih pantas menjadi istriku, dan semua ini juga kesalahanku yang tidak berani membela istriku sendiri.
Istriku menangis dan memelukku. Malam itu kami tidur tanpa melepaskan pelukan.
Namun besoknya, kami kembali dihadapkan dengan kenyataan, dimana foto telanjang istriku sudah dimiliki mereka dan istriku harus siap melayani mereka kapan saja.
Kami bertukar pikiran mencari jalan keluar.
Istriku mengusulkan untuk lapor polisi, namun saya kurang setuju, karena saya tahu dia sebenarnya malu, dan saya juga malu bila semakin banyak yang mengetahui hal ini.
Istriku juga mengatakan dia rela foto telanjang dirinya tersebar yang penting saya tidak sakit lagi harus merelakan istrinya dinikmati pria lain. Namun saya juga menolak ide itu.
Istri saya juga kembali mengusulkan agar saya meninggalkan dirinya, namun hal tersebut tidak pernah terbersit di benak saya, karena saya tahu dan sudah melihat sendiri bagaimana pengorbanan istri saya bagi saya, hal tersebut membuat saya semakin mencintai istri saya bagaimanapun kondisinya. Ditambah saya menyadari saya juga salah dalam hal ini karena kurang berani membela istri saya.
Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan seperti biasa, dan merelakan tubuh istri saya dijadikan pemuas pria lain. Istri saya awalnya ragu, namun setelah saya meyakinkan bahwa itu jalan terbaik, dan saya sangat mencintainya, maka istri saya akhirnya menyetujui.
Sejak saat itu, istri saya sudah dijadikan pemuas nafsu seks teman-teman saya. Awalnya saya masih berat untuk menerima, namun lama kelamaan saya mulai bisa menerima. Ditambah walaupun harus melayani berbagai pria, sikap dan perhatian istri saya kepada saya tidak berubah, bahkan istri saya tampak semakin mengabdi pada saya.
Istri saya awalnya tampak sudah tidak percaya diri dan sudah tidak pantas lagi berhubungan badan dengan saya. Bahkan ketika kami berhubungan badan, istri saya berusaha sangat melayani saya, namun dia selalu berusaha mencegah saya untuk mencium vaginya. Menurutnya vaginanya sudah tidak pantas untuk saya cium. Bahkan dia mengatakan rela apabila saya menganggap dia hanya sebagai pemuas dan pelayannya sehari-hari, dan rela apabila saya memiliki wanita lain.
Namun perkataan istri saya membuat saya semakin mencintainya.
Lama-kelamaan saya justru terangsang melihat tubuh istri saya dijadikan pemuas pria lain. Saya tentu saja tidak mau mengakui hal tersebut, namun tampaknya istri saya menyadarinya. Dia kemudian menanyakan hal tersebut kepada saya.
Ketika saya mengiyakan, istri saya tampak sedikit sedih karena mengira saya menganggap dia sebagai wanita murahan, namun dia berkata pantas untuk dianggap seperti itu.
Tapi saya menjelaskan padanya bahwa saya tidak menganggap dirinya seperti itu, namun mengakui bahwa saya sedikit memahami perkataannya dulu, dimana saya seharusnya bangga banyak yang tertarik pada istrinya, dan saya yakin akan cintanya.
Mendengar itu istri saya tersenyum dan berkata, "apabila dalam kondisi permasalahan kita seperti ini aku dapat menyenangkanmu, maka aku akan melakukannya dengan senang hati".
Sejak itu istri saya melayani teman-teman saya dengan tidak malu-malu lagi. Bahkan terkesan istriku seperti perempuan binal yang justru ingin dipuaskan.
Melihat itu, teman-teman saya semakin menganggap istri saya sebagai perempuan murahan. Mereka memanggil teman-teman pria mereka lainnya untuk menikmati tubuh istri saya.
Semakin lama semakin banyak pria yang menjadikan istriku sebagai pemuas mereka.
Aku sempat menanyakan perasaan dan kondisi istriku, dan dia menjawab sambil tersenyum, bahwa selama aku senang, maka dia juga dapat menikmatinya.
Aku sedikit cemburu, namun dia mengatakan, walaupun banyak pria menyetubuhinya, namun dia tidak pernah merasakan kenikmatan selain daripadaku, dan cintanya hanya untukku.
Mendengar itu saya semakin menikmati kehidupan seperti ini.
Tidak jarang mereka tidak hanya menikmati istriku di rumah kami, namun juga membawa keluar istriku pergi keluar kota. Sering kali istriku baru pulang 2-3 hari. Ketika pulang, istriku tampak bahagia, dan selalu menceritakan apa yang dilakukannya saat jauh dari saya, dan bahkan selalu memberikan foto-foto saat dirinya sedang disetubuhi, karena menurutnya hal tersebut dapat membuat saya senang ... dan nyatanya memang demikian.
Entah kenapa, masalah tersebut membuat saya semakin maju. Karir saya melonjak, karena saya merasa memiliki kehidupan sex yang memuaskan, dimana pria-pria lain harus mengantri untuk menikmati tubuh istri saya, namun istri saya selalu mau memuaskan saya.
Beberapa teman kerja saya ternyata juga sudah ada yang pernah mencicipi tubuh istri saya, namun saya sudah tidak memperdulikan penilain orang, karena saya menganggap, inilah hidup yang harus saya jalani, dan saya juga merasakan kenikmatan, dan istri saya juga merasakan kenikmatan.
Hal tersebut membuat saya fokus kerja, dan karir saya naik cukup drastis. Istri saya juga tampak selalu senang, dan bahkan terkesan menikmati persetubuhannya dengan pria-pria tersebut. Namun saya sudah tidak cemburu karena saya tahu cintanya padaku, dan bahkan aku ikut senang bila istriku juga dapat menikmati.
Namun ternyata aku salah...
Suatu hari, aku tidak sengaja menemukan sebuah buku, yang ternyata buku harian istriku.
Di buku itu tertuang semua perasaan istriku.
Ternyata istriku merasakan sangat sakit setiap kali melayani pria lain.
Tidak hanya sakit hati, namun tertuang di buku harian tersebut, ternyata tidak jarang pria-pria yang menyetubuhi istriku bersikap kasar. Bahkan ternyata istriku pernah dijual di sebuah bar untuk menjadi pelayan dimana dia harus melayani semua tamu sambil telanjang, bahkan terkadang ada yang menusuknya dengan rokok.
Bahkan tanpa sepengetahuanku, istriku diam-diam melayani bos saya serta klien-klien saya, agar karir saya semakin bagus.
Istriku bahkan harus meminta obat kuat ke dokter, serta obat pelumas agar kemaluannya tidak luka.
Di buku harian tersebut terungkap bahwa istriku merasa sangat rendah, dan merasa aku tidak mencintainya, dan melakukan semua ini untuk menghukumnya.
Yang membuatku semakin sakit, di buku harian tersebut diungkapkan bahwa istriku menganggap dirinya pantas untuk dihukum, dan walaupun dia merasa aku sudah tidak mencintainya, namun dia tetap mencintaiku dan berusaha menyenangkanku.
Saya sangat terharu membaca semua itu, dan ingin mengakhir penderitaan istriku.
Namun saya merasa ingin sebentar lagi menikmati keadaan seperti ini.
Maka saya mencoba bersikap belum membaca buku harian tersebut, sambil ingin merasakan kenikmatan ini sebentar lagi. Istri saya juga bersikap biasa dan berusaha menyembunyikan perasaannya.
Namun pada suatu siang ketika saya pulang, saya sangat terkejut, saya melihat istri saya sedang disetubuhi beramai-ramai oleh anak-anak SMA, yang tidak lain adalah teman-teman adik saya sendiri. Yang membuat saya lebih terkejut adalah adik saya ternyata ikut menyetubuhi istri saya. Rupanya adik saya dan teman-temannya mengetahui permasalahan kami, dan justru ingin ikut mencicipi tubuh istri saya.
Tampak anak-anak muda tersebut sangat ganas menikmati tubuh istri saya, beberapa kali mereka mencabut bulu kemaluan istriku yang memang tumbuh lebat. Tampak Dian berusaha menahan sakit. Istriku benar-benar sudah tidak punya harga diri lagi. Ditambah kini adik iparnya sendiri yang tinggal serumah selalu minta dilayani, maka kondisi istriku tampak semakin parah.
Akhirnya aku berbicara kepada istriku bahwa aku sudah membaca buku hariannya. Awalnya istriku masih berusaha menutupi demi kebahagiaanku. Namun akhirnya dia menangis dan mencurahkan perasaannya.
Kami akhirnya memutuskan untuk mengakhiri ini dengan pindah ke kota lain.
Saat ini saya dan istri saya tinggal di sebuah kota lain, dan kami hidup dengan lebih bahagia, karena kami sudah terbuka satu sama lain. Tidak jarang istri saya terkadang berusaha menyenangkan saya dengan menggoda pria lain, namun sudah tidak sering lagi, dan kami lakukan semua dengan lebih berhati-hati sambil menjaga perasaan kedua pihak.
Sekali lagi terima kasih buat situs ini yang membuat saya sedikit lega karena dapat berbagi ...
(Dikirim melalui email)
Terlalu goblok menurut q .. bukanya berhenti berbuat malah menjadi2 ...
ReplyDeleteKynya crita ini rekayasa alias imajinasi sang pria kotor
ReplyDelete